RESUME BUKU
SUPERVISI
PENDIDIKAN KONTEKSTUAL
( POSISI KEPALA SEKOLAH DAN MASALAH SUPERVISI )
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi dan Evaluasi
Program Pendidikan
yang dibina oleh Suheri, S.Pd.I, M,Pd.I
s
Oleh :
Asa
Rindani (201691200056)
Hikmatussholihah (201691200069)
Mufid
Nurdiawati (201691200080)
MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM SEMESTER V
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas resume buku ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga resume buku ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga resume buku ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi resume buku ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Resume buku ini kami akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan resume buku ini.
![]() |
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................
i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A.
Pengertian Supervisi Pendidikan Kontekstual............................................ 2
B.
Fungsi dan Tujuan
Supervisi........................................................................ 2
C.
Pembenahan
Atribut Kepala Sekolah.......................................................... 4
D.
Posisi Kepala
Sekolah.................................................................................. 9
E.
Masalah-masalah
supervisi…................................................................ 16
BAB III
ANALISIS BUKU............................................................................................... 22
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................... 23
A. Kesimpulan.................................................................................................. 23
Daftar Pustaka .................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa devinisi
dari Supervisi Pendidikan Kontekstual?
2.
Apa Fungsi dan
Tujuan Supervisi?
3.
Bagaimana
pembenahan Atribut Kepala Sekolah?
4.
Bagaimana
posisi kepala sekolah?
5.
Apa saja
masalah-masalah supervisi?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui devinisi dari Supervisi Pendidikan Kontekstual?
2.
Untuk
mengetahui Fungsi dan Tujuan Supervisi?
3.
Untuk memahami
pembenahan Atribut Kepala Sekolah?
4.
Untuk memahami
posisi kepala sekolah?
5.
Untuk
mengetahui saja masalah-masalah supervisi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Supervisi Pendidikan Kontekstual
Definisi Supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para
pendidik dalam mengembangkan proses
pembelajaran, termasuk segala unsur penunjangnya.
Sementara itu yang dimaksud dengan Supervisi
kontekstual adalah Supervisi yang berorientasi kepada sistem pendidikan
desentralisasi yang sangat diwarnai oleh konteks pendidikan itu sendiri.
Konteks pendidikan disini adalah apa yang cocok diajarkan dan dipelajari oleh
siswa di daerah itu serta kecakapan hidup yang dibutuhkan daerah itu. Ini yang
disebut pembelajaran kontekstual (Samani,2007:10). Memang seperti inilah
seharusnya pembelajaran dilakukan pada sistem desentralisasi.
|
B.
Fungsi dan
Tujuan Supervisi
Fungsi berkaitan
dengan badan atau organisasi secara keseluruhan. Sementara itu tujuan adalah
berkaitan dengan kegunaan, yaitu digunakan untuk apa. Contohnya adalah fungsi
tangan ialah sebagai bagian dari tubuh untuk mengerjakan sesuatu, sementara itu
tujuan tangan adalah untuk menulis, makan, mengambil sesuatu, merasa dan
sebagainya.
Fungsi Supervisi
dalam pendidikan adalah mengacu kepada bagian dari pendidikan untuk keperluan
tertentu.sedangkan tujuan Supervisi adalah rincian dari apa yang patut
dikerjakan dalam kegiatan Supervisi. Dengan demikian fungsi Supervisi adalah
membantu sekolah menciptakan lulusan yang baik dalam kuantitas dan kualitas,
serta membantu para guru agar bisa dapat bekerja secara professional sesuai
dengan kondisi masyarakat tempat sekolah itu berada.
Adapun tujuan Supervisi
pendidikan seperti membantu guru mengembangkan profesinya, pribadinya,
sosialnya, membantu kepala sekolah menyesuaikan program pendidikan dengan
kondisi masyarakat setempat, dan ikut berjuang meningkatkan kuantitas dan
kualitas lulusan.
Fungsi
|
Tujuan
|
1.
Membantu sekolah
dan pemerintah mencapai lulusan yang berkualitas.
2.
Membantu guru
mengembangkan profesinya.
3.
Membantu
sekolah bekerja sama dengan masyarakat.
|
1.
Membantu
menciptakan lulusan yang optimal dalam kuantitas dan kualitas.
2.
Membantu guru
mengembangkan pribadi, kompetensi, dan sosialnya.
3.
Membantu
kepala sekolah mengembangkan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat
setempat.
4.
Ikut
meningkatkan kerja sama dengan masyarakat atau Komite Sekolah.
|
Sifat bantuan kepada pendidik
seperti pada fungsi dan tujuan nomor 3 pada Supervisi kontekstual, juga
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Bagi daerah yang
pendidikannya sudah berkualitas, tentu cara membimbing mereka tidak sama dengan
di daerah yang pendidikannya rata-rata masih rendah, juga berbeda dengan
pembinaan pendidik yang berkualitas sedang-sedang saja. Pembinaan seperti ini
dikenal dengan istilah pendekatan Supervisi atau Supervisi perkembangan,
artinya pendekatan dalam membimbing pendidik yang masih rendah berbeda dengan
yang sudah baik, sesuai dengan tingkat perkembangan pendidik itu sendiri.
C.
Pembenahan
Atribut Kepala Sekolah
Sebelum membahas posisi kepala
sekolah ada baiknya membicarakan hal-hal yang aneh atau hal-hal yang keliru
berkaitan dengan atribut kepala sekolah. Hal-hal yang keliru itu mencakup
pemakaian kata pemimpin, predikat pendidik, beda manajemen dengan administrasi,
pemakaian kata pengawas, dan tidak ada istilah supervisor.
1.
Pemakaian kata
peminpin yang keliru
Pemakaian kata pemimpin dalam masyarakat Indonesia tidak sesuai
dengan pemakaian kata itu secara ilmiah. Di Indonesia baik masyarakat umum,
pegawai kantor, perguruan tinggi, maupun para pejabat memakai kata pemimpin
sebagai pengganti kata ketua atau kepala bagi pejabat tertinggi suatu badan
atau instansi. Kepala sekolah sering diganti dengan pemimpin sekolah, rector
dan dekan diganti pemimpin universitas atau pemimpin fakultas, presiden diganti
dengan pemimpin negara, dan sebagainya. Seolah-olah kata pemimpin itu identik
dengan kata ketua, kepala, rector, dekan, dan sebagainya.
Akan tetapi dalan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan tidak ditemukan
penjelasan tentang arti kata pemimpin atau kepemimpinan, apalagi penjelasan
tentang kata itu identik atau dapat dipakai mengganti kata ketua atau kepala
sebagai pejabat tertinggi pada suatu instansi. Dengan demikian secara
perundang-undangan pun tidak dapat dibenarkan pemakaian kata yang keliru
tersebut.
Kalau diteliti kata pemimpin di kepustakaan ilmiah, terutama yang
ditulis ahli oleh dunia barat, ternyata kata pemimpin itu mempunyai arti
tersendiri, yaitu upaya mempengaruhi bawahan atau rekan kerja agar mau dan
dapat bekerja dengan antusias untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, inti
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang agar melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendak pemimpin.
Setelah mengetahui kata pemimpin atau kepemimimpinan yang keliru
begitu luas aplikasinya maka seharusnya para pejabat dan para tokoh masyarakat
lainnya mulai memperbaiki pemakaian kata itu agar menjadi benar. Di negara yang
memiliki budaya paternalis, para pejabat dan tokoh masyarakat itulah yang
menjadi idola yang sering ditiru perilakunya oleh masyarakat, sepatutnya mereka
memulai memakai kata pemimpin secara tepat. Harapannya, masyarakat akan meniru
mereka untuk ikut memakai kata pemimpin dan kepemimpinan secara benar.
2.
Predikat
pendidik bagi kepala sekolah?
Dalam buku-buku kepustakaan di Indonesia, sering ditemukan istilah
kepala sekolah sebagai pendidik. Padahal kepala sekolah tidak bertugas
melakukan pekerjaan mendidik. Yang bertugas mendidik dilembaga pendidikan
formal dan nonformal adalah para guru atau para pendidik. Sedangkan tanggung
jawab kepala sekolah dilembaga ini adalah mengelola atau mengatur pendidik dan
pegawai tata usaha. Kepala sekolah tidak diwajibkan mengajar dan mendidik
secara langsung, dia akan datang ke kelas mengajar siswa manakala ada guru yang
tidak masuk dan tidak ada guru lain yang bisa menggantikannya. Tujuan utamanya
adalah agar para siswa bisa tenang dengan cara memberi tugas tertentu untuk
mereka kerjakan. Itu pula sebabnya kepala sekolah pada umumnya tidak punya
jadwal untuk mengajar.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pasal 39
tidak disebutkan tenaga kependidikan, yang mencantumkan pengelola sebagai
pendidik. Begitu pula sebaliknya dalam penjelasan pendidik tidak ada dikatakan
salah satunya adalah pengelola. (2003:27). Pernyataan lain adalah kalau kepala
sekolah disebut pendidik, lalu siapa yang dinyatakan sebagai pengelola? Dengan
demikian bunyi undang-undang ini sudah betul, yaitu ada yang bernama pengelola
adalah kepala sekolah dan ada yang disebut pendidik ialah para guru. Jadi
memang harus terpisah antara orang yang menjabat sebagai kepala sekolah dan
orang yang menjabat sebagai pendidik.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kepala sekolah dan guru
sama-sama berperan penting dalam memajukan pendidikan. Guru yang baik tanpa
diatur oleh kepala sekolah belum tentu menghasilkan pendidikan yang baik.
Begitu pula hanya dengan kepala sekolah yang baik, tetapi guru kurang baik,
juga tidak akan memberikan pendidikan yang baik. Oleh sebab itu, pandangan
bahwa kepala sekolah hanya sekedar tugas tambahan adalah tidak benar.
3.
Sukar
membedakan manajemen dan administrasi
Ada beberapa pendapat mengenai manajemen dan administrasi. Pendapat
pertama adalah tidak ada istilah manajemen dalam dunia pendidikan, manajemen
hanya ada dalam dunia bisnis, sementara itu dalam dunia pendidikan hanya ada
istilah administrasi. Pendapat kedua adalah kedua istilah itu terpakai dalam dunia pendidikan, tetapi
tidak jelas batas-batasnya, sehingga pemakaiannya tidak konsisten. Dan pendapat
ketiga adalah membedakan secara jelas kedua istilah itu dalam dunia pendidikan.
Pendapat ketiga inilah yang dipakai dalam buku ini.
Manajemen
|
Administrasi
|
Adalah
pengaturan lembaga pendidikan atau sekolah dalam keadaan bergejolak agar
menjadi tenang.
|
Adalah
pengaturan lembaga pendidikan atau sekolah dalam keadaan tenang sebab sudah
bersifat rutin.
|
4.
Pemakaian kata
pengawasan yang kurang tepat
Istilah pengawasan di indonesia dipakai secara bersama-sama antara
pengawasan atau kontrol pengendalian dan dengan supervisi.pada hal ketiga hal
ini merupakan istilah sendiri-sendiri.sementara itu istilah kontrol bersifat
agak netral artinya ke tiga hal diatas dapat di manfaatkan dengan istilah
kontrol,sebab pada hakikatnya ke tiganya melakukan kontrol untuk mendapatkn
bahan efaluasi.hasil efaluasi lalu diangkat sebagai catatan hasil
pengawasan,catatan bahan pengendalian, dan catatan bahan supervisi.
a.
Pengawasan
Pengawasan adalah perangkat administrasi atau bagian dari
administrasi. Pengawasan ini dilakukan oleh setiap kepala unit kerja dan juga
oleh kepala sekolah, namun,pengawas dapat juga dilakukan oleh bahan tertentu
baik yang ada dalam organisasi maupun di luar organisasi.pengawasan yang
dilakukan kepala sekolah disebut pengawas pelekat, pengawas yang dilakukan oleh
suatu badan oorganisasi disebut pengawas internal,dan pengawas diluar
organisasi disebut pengaeas eksternal.
Cara kerja para pengawas dengan mengamati dan mencatat sesuatu yang
di lapangan. Setelah selesai catatah hasil pengawas itu di bawa dan di serahkan
kepada kepala sekolah selaku administrator. Pengawas bersifat berkala dan juga
bisa insedental, hal itu bergantung pada situasi dan kebutuhan. Begitu juga
dengan frekuensi pengawas juga tidak ada ketetapan yang eksak, melainkan
bergantung kepada kebutuhan dan situasi, yang jelas pengawas itu tetap dilukan
sebagai bagian dari administrasi.
b.
Pengendalian
Istilah pengendalian berkaitan dengan kegiatan manejemen setelah
perencanaan selesai di lakukan lalu diorganisasi, di aktifkan para personalia
dan kegiatan atau proses kerja dikendalikan. Kata pengendalian mengacu kepada
aktifitas langsung memberi pengarahan ketika menemukan sesuatu kesalahan
dilapangan.
Mengapa pengendalian itu dilakukan secara langsung, ketika
menemukan kesalahan? Adalah karena masalah yang diperbaiki dalam manajemen
membutuhkan perbaikan dengan segera tidak dapat di tunda-tunda. Mengingat tugas
manajemen menenangkan hal-hal yang bergejolak, contohnya adalah gejolak para
orang tua siswa yang menolak putra putrinya di ajak karya wisata mempelajari
tentang bendungan air, sebab banyak terjadi kesalahan dan kecelakaan. Kalu
kasus ini tidak diatasi gejolak tidak akan hilang pada hal belajar tentang
bendungan harus dilaukan di bendungan itu sendiri.
c.
Supervisi
Proses
supervisi terjadi dalam kegiatan supervisi,sebab perbaikan atas
kesalahan-kesalahan dan ditemukan langsung diperbaikan sesudah prosesnya.
Pengawasan
|
Pengendalian
|
Supervisi
|
Bagian dari administrasi.
Kegiatan lapangan dicatat, lalu dilaporkan kepada ketua, sebaian
umpan balik untuk perbaikan.
|
bagian dari manjemen.
Kesalah-kesalah yang terjadi dilapangan segera di perbaiki.
|
Kegiatan supervisi.
Hasil observasi pada proses supervisi dianalisis, dan diperbaikan
yang salah.
|
D.
Posisi Kepala Sekolah
Dalam melaksanakan tugas
sehari-hari, kepala sekolah empunyai lima posisi, sebagai manajemen,
administrator, motor penggerak hubungan dengan masyarakat, pemimpin, dan
sebagai supervisor.
1.
Kepala sekolah
sebagai manajemen
Perkerjaan kepala sekolah yang paling rumit dan berat adalah
manajemen yang telah dijelaskan di atas, manajemen akan terjadi mana kala ada
kekacauan, kesulitan yang menimpa sekolah. Menghadapi masalah, kepala sekolah
dalam mengatasi tugasnya menduduki posisi manajer, yang mengatur manajemen
dalam menyelesaikan masalah-masalah, manajer memiliki empat fungsi serta
dilakukan dengan tiga keterapan manajer. Keempat fungsi manajer sebagai berikut
:
a.
Planning, yaitu
merencanakan.
b.
Pengorganisasian,
yaitu mengorganisasi.
c.
Penggerakan,
ialah menggerakkan dan memotivikasi.
d.
Pengendalian,
ialah mengendalikan proses kerja hasil kerja agar tidak menyimpang.
Sememtara itu
yang di maksud dalam tiga keterapan manajer adalah :
1)
Keterampilan
konsep yaitu menciptakan ide konsep baru.
2)
Keterampilan
hubungan manusia yaitu mampu melalukan komunikasi dengan baik.
3)
Keterampilan
teknik yaitu keterampilan dalam melaksanakan tugas dan memecahkan masalah.
2.
Kepala sekolah
sebagai administrator
Ketika menjadi ketua administrasi,
kepala sekolah di sebut administrator. Namun perlu di ingat, administrasi dapat
berubah-rubah. Adapun macam-macam administrasi yaitu :
a.
Pendidikan dan
pengajaran
b.
Kesiswaan
c.
Kepegawaian
d.
Keuangan
e.
Hubungan dengan
masyarakat
f.
Prasarana dan
sarana.
3.
Kepala sekolah
sebagai motor hubungan sekolah dengan masyarakat
Kepala sekolah sebagai penanggung
jawab tertinggi harus tampil paling depan dalam memajukan kerjasama antara
sekolah dengan masyarakat. Disamping sebagai penanggung jawab tertinggti juga
di sebabkan kepala sekolah yang paling berpaling kepentngan dan paling tau akan
masalah yang di hapati oleh sekolah.
Sebab itu, dengan berbagai
pendekatan, strategi, dan konsep kepala sekolah yang dibantu oleh staf, didalam
memajukan kerja sekolah dan masyarakat itu hasil penelitian fennell (2005:163)
menyebutkan untuk mendekati masyarakat, perlu berbagi semangat dan kepemimpinan
dengan tokoh-tokoh masyarakat.begitu pula dengan kepala sekolah bekera sama
dengan guru,siswa,maupun dengan orang tua siswa yang selalau di emplementasikan
untuk memajukan masarakat. Hal ini meng isaratkan bukan hanya ketika memajukan
pendidikan dalam kerja sama mmajukan lembabaga pendidikan.
Hasil penelitian (2005:164).
Menyebutkan pelaksa-pelaksana hubungan sekolah dengan masarakat harus memiliki
pengatahuan dari filsafat yang luas,yang di kombinasidengan asas-asas
globalisasi dan pandangan pasca modern. Filsafat yang luas bagi indonesia bisa
di tafsirkan filsafat negara pancasila yang di lengkapi dengan HAM (hak asasi
manusia).
Hal lain yang juga perlu
diperhatikan dalam melalukan hubungan kerja dengan masyarakat kecil atau
masyrakat pinggiran mempunyanyai identitas kolektif. Menurut hasil penelitian
Drorr (2004:172). Masyarakat memiliki sifat keintiman yang unik dan integral
dengan lingkungan secara baik dengan memertahankan eksistensi untuk kepentingan
ekonomi. Budaya seperti ini merupakan penggabungan budaya dari luar dan dalam
yang membentuk masyarakat pendidikan dan otonom, sebagai hasil sejarah delapan
puluh tahun lamanya.
Menghadapi masyrakat seperti ini
kepala sekolah harus berhati-hati, tidak menyamakan dengan masyarakat lainnya.
Pertama kepala sekolah perlu belajar budaya mereka, konidisi sosial ekonomi
masyarakat, keyakinan dan kepercayaan mereka. Setelah itu pendekatan dengan
beberapa tokoh yang berada di lingkugan masyarakat dengan cara melalui adat
istiadat di daerah itu.
4.
Kepala sekolah
sebagai pemimpin
Pengartian pemimpin yaitu kegian
yang memengarui orang lain, agar mempengarui seseorang pemimpin mau dan dapat
bekerja sama dengan baik harus betul-betul memahami karakteristik bawahan.
Salah satu posisi kepla sekolah adalah memimpin para guru dan pegaiwai agar
mereka antusias bekerja serta memakan hasil kerja dengan harapan.
Namun, kegiatan memimpin tidak sama
dengan kegiatan dalam mereasisasi posisi lain, yang memiliki ruang likup
sendiri.seperti tidak ada kegiatan yang
hanya memililki sifat memimpin saja, seperti kegiatan mengadakan hubungan dengan
masarakat. Pada kegiatan menajemen ada ke pemimpinan agar perencana aktif
bekerja, atas dasar kenyataan McCrea (dalam pidarta,2007:88) menyatakan
kepemimpinan itu ibarat darah organisasi, sebab ia beradapada semua kegiatan
sekolah, termasuk dalam mengadakan hubungan dengan masarakat.
Menurut Heiruddin (2006: 102),
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnnya secara
efektif dan lancar, harus memperhatikan beberapa hasil penilitian tentang
faktor-faktor yang mendukung akan kepemimpinannya. Adapun beberapa faktor
diantaraya adalah sebagai berikut:
a.
Komunikasi
b.
Kepribadian
c.
Keteladanan
d.
Tindakan
e.
Memfasilitasi
5. Kepala sekolah sebagai supervaisor
Kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi antara lain sebagai 1)
administrator pendidikan, 2) pemimpin pendidikan, 3) supervaisor pendidikan.
Akan tetapi dari ketiga fungsi kepala sekolah diatas , kami hanya akan membahas
kepala sekolah sebagai supervaisor pendidikan.
Dalam kedudukannya sebagai kepala
sekolah sekaligus sebagai supervaisor , maka mempunyai kewajiban untuk membina
dan membimbing para guru untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang baik.
Menurut Suhertian (2008: 24) bahwa “ seorang supervaisor bisa berperan sebagai
koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator”. Sebagai coordinator, pengawas dapat mengkoordinasi program belajar
mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda di
anatara guru-guru. Sebagai Konsultan,
pengawas dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasi masalah yang dialami
guru, baik secara individual maipun secra kelompok. Sebagai pemimpin kelompok, pengawas dapat memimpin sejumlah staf
guru dalam mengembagkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurukulum,
materi pelajaran dan keburuhan profesional guru-guru secara bersama. Sebagai evaluator, pengawas dapat
membantu guru-guru dalam menilai hasil proses belajr, dan dapat menilai
kurikulum yang sedang dikemangkan.
Menurut Rivai&Murni (2009: 826),
bahwa “ Dalam supervisi pengajaran, supervaisor bisa mendorong guru
mengembangkan kemampuan sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki
perhatian yang sungguh-sungguh (comitment) terhadap tu8gas dan tanggung
jawabnya. Sehingga memalui supervaisor pengajaran, supervaisor bisa menumbuhkan
motivasi kerja guru”.
Menurut (Kurnia, 2010) dalam dunia
pendidikan, kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan dua hal. Pertama,
perkembangan kurikulum yang merupakan gejala kemajuan pendidikan yang selalu
berubah. Kedua, pengembangan personal pegawai atau karyawan senantiasa
merupakan upaya terus menerus dlam sebuah organisasi. Pelaksanaan supervisi
bukan hanya apakah para guru mnjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan intruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga
berusaha bersama guru, dan bagaimana cara memperbaiki proses belajar mengajar.
Jadi supervisi kepala sekolah
merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru , agar guru dpat
meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan,
penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubhan dengan cara yang
rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Guru juga membuituhkan
bantuan dari kepala sekolah dan pengawas yang secara struktural dianggap memiliki
kelebihan dari guru. Supervaisor yang berkualitas adalah supervaisor yang dapat
memberikan bantuan kepda guru ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan
kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinu, dan komprehensif
sehingga dapat membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dikembangkan oleh kepala sekolah sebagai supervaisor pada diri setiap guru, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Kepribadian
guru
b.
Peningkatan
profesi secara terus menerus/kontinu
c.
Proses
pembelajaran
d.
Penguasaan
materi pelajaran
e.
Keragaman
kemampuan guru
f.
Keragaman
daerah
g.
Kemampuan guru
dalam bekerja sama dengan masyarakat.
Dengan
memperhatikan perihal diatas, maka kepala sekolah sebagai supervaisor akan
dapat lebih mudah menempatkan guru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing guru .karena
kepla sekolah adalah seorang manajer terdepan dalam sistem pendidikan
dilingkungan sekolah yang terdesetralisasi
ditingkat kabupaten.
Menurut teori modern ada beberapa tingkatan dan sebutan terhadap
seorang manajer., yaitu:
1)
Manajer
tertinggi yaitu kepala kantor pendidikan di kabupaten
2)
Manajer madya
yaitu kepala kantor pendidikan di
kecamatan
Dalam
hakikatnya kata manajer, administrator, motor humas , pem,impin dan supervaisor
memeiliki arti yang sama, yaitu sebagai seorang pemimpin dan mngatur akan
segala sesuatu yang berkaitan dengannya, akan tetapi dari beberapa istilah diatas memiliki tugas
yang berbeda didalamnya. Adapun hal yang membedakan antara ke lima tugas
tersebut adalah sebagai berikut:
Manajer
|
Administrator
|
Motor Humas
|
Pemimpin
|
Supervisor
|
Mengatur sekolah yang sedang bergejolak, dengan perlengkapan.
1.
Fungsi
manajement
a.
Perencanaan
b.
Pengorganisasian
c.
Pengaktifan
d.
Pengendalian
2.
Keterampilan
Manajer
a.
Keterampilan
konsep
b.
Keteramplan
hubungan manusia
c.
Keterampilan
tekhnik
|
Mengatur sekolah yang dalam keadaan tenang atau bersifat rutin.
jenis-jenis administrasi.
a.
Pengajaran
b.
Kesiswaan
c.
Kepegawaian
d.
Keuangan
e.
Humas
f.
Sarana dan
prasarana
|
Memajukan dan mendinamiskan hubungan kerja sama sekolah dengan
masyarakat. Dengan memperhatikan:
a.
Budaya
b.
Tingkat
sosial
c.
Ekonomi
d.
religi
|
Mempengaruhi para personalia pendidikan agar dapat dan mau
bekerja dengan baik. Faktor-faktor pendukungnya:
a.
komunikasi
b.
kepribadian
c.
keteladanan
d.
tindakan
e.
memfasilitasi
|
Membina para guru menjadi profesional, yang diperhatikan dan
dikembangkan.
a.
Pribadi guru
b.
Peningkatan
profsi yang kontinu
c.
Proses
pembelajaran
d.
Penguasaan
materi pelajaran
e.
Keragaman
kemampuan guru
f.
Keragaman
daerah
g.
Kemampuan
guru dalam bekerjasama dengan masyarakat
|
E.
Masalah-Masalah Supervisi
Di Indonesia masalah supervisi sangat memperihatinkan , karena
masih terdapat beberapa masalah dan kendala yang seing dihadapi. Adapun
beberapa masalah utamanya diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Istilah
supervaisor tidak ada
2.
Penngadaan da
calon supervaisor kurang tepat
3.
Pendidikan
dan pengmbangan supervaisor yang kurang memadai
4.
Supervaior
bidang study hampir tidak ada
5.
Ruang lingkup
supervaisor terbatas
6.
Supervaisor
personalia tidak ada
7.
Sifat
pembinaan guru masih tradisional
|
1.
Istilah Supervaisor tidak ada
Jika kita teliti dan perhatikan di dalam dunia komunikasi
pendidikan di indonesia, kata bsupervisor hampir tidak pernah kita dengan dan
temui. Karena kata ini hanya dapat kita dengar dan temukan pada lembaga
pencetak guru ataupun dosen ketika membahas mata kulih supervisi pendidikan
saja.
Selain itu kata ataupun istilah supervaisor juga tidak dapat
ditemukan pada undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Begitu pula
dalam peraturan pemerintah tentang Standart Nasional Pendidikan. Dalam UUSPN
(2003: 27) hanya menyebut tenaga kependidikan adalah petugas administrasi,
pengelola, pengembang, pengawas, dan pelayanan tekhnis. Tetapi dalam PPSNP
(2005: 32-33) ada istilah pemilik untuk pendidikan nonformal da pengawas untuk
pendidikan formal.
Akan tetapi, bagaimanapun juga, dengan tidak adanya istilah
supervaisor, dalam dunia pendidikan akan mengurangi dinamika gerakannya dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikannya. Oleh karena itu ada beberapa
perbedaan pendapat yang dikemukkan oleh beberapa ahli terkait dengan
supervaisor diantaranya:
Menurut
Ediger (2002: 602)
|
Menurut Dror
(2004: 172)
|
Dalam pengembangan kurikulum, supervisor harus tampil ke depan
membantu pengembangan itu agar tidak ketinggalan zaman. Untuk iotulah
supervaisor harus mempelajari kecenderungan dan isu-isu kurikulum secara
berkelanjutan.
|
Supervisi nasional tetap diperlukan pada era desentralisasi untuk
menjamin keutuhan tujuan pendidikan nasional, agar pendidikan tidak terlalu
jauh terseret ke kepentingan daerah, melainkan kepentingan bangsa dan negara
|
Jadi dapat
disimpulkan bahwa, jika kata supervaisor dihilangkan, dan kemudian diganti
dengan kata pengawas, maka secara otomatis makna ataupun arti dari supervisor
yang sesungguhnya akan hilang. Maka yang akan ada hanyalah pengawas sebagai
bagian dari administrasi pendidikan saja. Padahal tugas-tugas dari supervaisor
sangat penting bagi kemajuan pendidikan, khususnya memajukan tata kerja guru.
Oleh sebab itu, mengingat pentingnya peranan supervaisor dalam memajukan dunia
pendidikan, sepatutnya istilah supervaisor itu dipakai dan eksis dalam dunia
pendidikan di Indonesia.
2.
Pengadaan dan calon supervaisor kurang tepat
Menurut
informasi yang didapatkn dari mahasiwa personalia, yang dipilih sebagai
suprvaisor dan kepala sekolah yaitu seseorang yang telah disepakati oleh Bupati
atau Wali kota dan sekaligus sudah dibuatkan surat keputusan untuk menjadi
seorang supervaisor ataupun kepla sekolah. Pemilihan semacam itu sudah terbiasa
dalam lingkungan pendidikan dan masyarrakat. Dan disini pulalah letak kurang
tepatnya proses pengadaan supervaisor ataupun keplaa sekolah.
Semestinya
pemilihan supervaisor dan kepala sekolah itu
didasarkan kepda proses demokrasi yang dilakukan baik dikalangan
pendidikan dikabupaten/ kota itu sendiri. Karena mereka lah yang benar-bnar
mengetahui kualifikasi setiap pendidik
atau guru di daerah itu, tugas dari Bupati ataupun Wali kota itu sendiri hanyalah
sebatas menandatangani surat keputusan mereka yang sudah terpilih saja, bukan
malah memutuskan ataupun yang memillih siapa yang akan menjadi supervaisor atau
kepala sekolah.
Oleh
sebab itu, cara yang baik dalam menenytukan dan memilih ataupun mengambil calon
kepla sekolah atau supervisor, yaitu dengan memilih orang- orang yang sudah
berpengalaman menjadi guru dan memiliki keahlian sebagai kepala sekolah atau
supervaisor. Keahlian ini bisa saja didapatkan dari belajar lanjut di
pascasarjana atau belaja secara mandiri kemudian mengikuti ujian persamaan
pascasarjana yang menyelenggarakan Program Studi Manajement Pendidikan dan
sejenisya.. selain itu, para calon nuga halul mengikuti tes dan lulus tes atau
evaluasi yang diselnggarakan baik di kabupaten/kota ataupun kecamatan.
3.
Pendidikan dan Pengembangan Supervaisor
Pendidikan,
khususnya untuk calon supervaisor sangat penting, mengingat supervaisor
merupakan gurunya guru, artinya cangkupan baik pendidikan mapun kedudukan lebih
tinggi dan luas dibandingakn dengan guru. Jadi, pendidikan supervaisor harus
lebih bagus da lebih tingggi dari pada pendidikan calon guru. Di Indonesia
sendiri , pendidikan calon supervaisor yang ada dari dulu sampai saat ini
adalah program studi Manajemnet Pendidikan atau Administrasi Pendidikan. Yang
mana untuk menjadi seorang supervaisor minimal menemouh pendidikan strata dua.
Pengembangan
para supervaisor yang ada kurang bahkan jarang dilakukan. walaupun diadakan itu
hanya sebatas penataran atau pertemual ilmiah saja. Seharusnya para supervaisor
yang ada sekarang diberi kesempatan untuk mengembangkan profesinya seperti
dalam membentuk tugas belajar tau izin belajar di program studi yang sudah
dipaparkan diatas.
4.
Supervisi bidang studi hampir tidak ada
Dahulu
supervaisor bidang study sama sekali tidak ada di Indonesia. Namun beberapa
tahun terakhir ini supervaisor itu mulai diadakan. Para supervaisor ini diambil
dari guru-guru yang sudah senior secara profesional, dalam artian kemampuan
menguasai materi pelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran.
Guru-guru
senior tersebut di atas, hanya dapat dikategorikian sebagai semi supervaisor.
Akan tetapi pada beberapa tahun terakhir ada perkembangan bahwa beberapa guru
senior yang di pandang sebagai semi supervaisor, ditempatkan di kantor pendidikan
kabupaten/kota atau kecamatan. Dalam arti ststus guru guru ini sudah berubah
menjadi supervaisor bidang studi. Kedudukan mereka sekarang sudah sama dengan
kedudukan para supervaisor umum yag juga keberadaannya di kantor-kantor
pendidikan yang disebutkan di atas.
5.
Supervaisor personalia tidak ada
Tugas
dari supervaisor personalia adalah menangani personalia sekolah, khususnya
guru-guru. Adapun objek yang harus ditangani oleh supervaisor personalia
diantaranya: 1) Pergaulan antar guru, 2) kerja sama, 3) komunikasi, 4)
persahabatan, 5) keadilan, 6) kelompok informal.
Namun
pengadaan supervaisor personalia di Indonesia sendiri masih belum ada hal yang
seperti itu, dan biasanya hal seperti itu hanya
diadakan di negara-negara maju saja bukan di negara-negara yang
berkembang seperti Indonesia. Dalam kasus ini ada dua hal kemungkinan besar
yang dapat disimpulkan, mengapa di negara ini tidak melakukan atau tidak
mengadakan supervaisor personalia.
Adapun
dua kemungkinan tersebut, pertama, dikarenakan negara belum
mampu membiayainya, negara memandang bahwasannya tugas supervisi cukup
ditangani oleh kepala sekolah saja. Dan kemungkinan yang kedua, negara memamndang
tidak perlu mengadakan supervaisor personalia, dengan anggapan bahwa
tugas-tugasnya bisa ditangani oleh kepala sekolah sebagai supervaisor umum
disekolah itu saja.
Sedangkan
kita semua sudah tau dan dapat melihat sendiri bahwa dalam suatu organisasi
sekolah pastinya akan selalu ada organisasi informal ataupun kelompok-kelompok
guru yang memiliki aspirasi-aspirasi dan ke kreatifan tersndiri. Sehingga
dengan hal itu tentunya didalmnya terdapat perbedaan-perbedaan antara satu
dengan yang lain. Dan akibatnya dari perbedaan tersebut dikhawatirkan dapat
meimbulkan benturan sehingga dapat mengganggu kegiatan-kegiatan sekolah , yang
semestinya berjalan denan lancar malah menjadi suasana yag tidak kondusif. Dan
untuk mengantisipasi hal itu sekolah perlu yang namanya supervaisor personalia
untuk mengatasi konflik-konfil yang ada di dalam sebuah sekolah.
6.
Ruang lingkup tugas supervaisor terbatas
Pada
uraian diatas sudah dijelaskan bahwsannya supervaisor yang datang dari kantor
pendidikan kabupaten/kota atau kecamatan, kebanyakan datang ke sekolah hanya
mengunjungi kepala sekolah saja. Sedikit sekali diantara mereka yang
mengunjungi kelas-kelas tempat guru mengajar.
Sedangkan
menurut teori yang ada, tugas dari supervaisor tidak hanya sebatas kepada
membina guru agar bisa mendidik da mengajar secara lebih baik saja, akan tetapi
lebih dri itu. Adapun tugas-tugasnya semestinya meliputi meningkatkan pribadi
guru, memberikan dorongan kepada guru-guru agar belajar terus mengembangkan
profesinya, membantu guru untuk dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan
kebutuhan dan kondisi daerah dan membina guru agar dapat bekerja sama dengan
mayarakat seecara akrab dan menyeluruh. Semua kewajiban di atas sepatutnya
direalisasikan dan diimplemntasikan dalam kegiatan supervisi.
7.
Sifat pembinaan guru masih tradisional
Konsep
yang dipakain ataupu yang dupilih sekarang mengenai pembinaan guru masih
bersifat tradisonal. Yang mana konsep-konsepnya memakai konsep yang sudah ada,
yang sebagian besar bersumber dari pemerintah.
Sedangkan
teori supevisi yang modern lebih menyarankan adanya upaya yang mandiri yang
dilakukan oleh etiap guru dalam memperbaiki proses pembelajarannya di bawah
bimbingan supervaisor. Guru-guru dibina dan dilatih agar menjadi sesosok
pendidik yang kreatif menciptakan metode mengajar yang baru yang cocok dengan
mata pelajaran yang diasuh, dan cocok dengan kemampuan para siswanya, dan juga
sejalan dengan situasi daerah. Guru-guru dibiasakan mengadakan penelitian aksi
dalam kelas. Dengan cara ini tanpa biaya yang besar, guru-guru akan mampu
berinovasi untuk meningkatkan proses pembelajarannya, dan sekaliigus
meningkatkan profesi dan menapatkan
angka kredit untuk naik pangkat.
BAB III
ANALISIS BUKU
1.
Ilmu dan
tekhnologi pendidikan selalu berkembang sementara supervise pendidikan di
Indonesia sangat memprihatinkan. Dunia pendidikan tidak terlepas dari
supervise. Tanpa supervise para guru akan tertinggal.
2.
Buku ini
berusaha mencari jalan keluar untuk mengurangi masalah tersebut, dan berupaya
mendekatkan konsep supervise pendidikan dengan sistem desentralisasi.
3.
Dalam buku ini
diuraikan pengertian supervise terutama yang menyangkut supervise kontekstual.
Rincian uraian antara lain : (1) posisi kepala sekolah dan masalah supervise,
(2) supervisor, (3) perkembangan supervise, (4) teknik supervise yang sering
dipakai, (5) teknik supervise klinis, (6) teknik supervise individual dan
kelompok, dan lain-lain.
4.
Supervise
kontekstual merupakan upaya membina para guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dalam
mengembangkan diri pribadi.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Supervisi
kontekstual adalah Supervisi yang berorientasi kepada sistem pendidikan desentralisasi
yang sangat diwarnai oleh konteks pendidikan itu sendiri. Konteks pendidikan
disini adalah apa yang cocok diajarkan dan dipelajari oleh siswa di daerah itu
serta kecakapan hidup yang dibutuhkan daerah itu. Ini yang disebut pembelajaran
kontekstual (Samani,2007:10).
2.
Fungsi
Supervisi dalam pendidikan adalah mengacu kepada bagian dari pendidikan untuk
keperluan tertentu.sedangkan tujuan Supervisi adalah rincian dari apa yang
patut dikerjakan dalam kegiatan Supervisi. Dengan demikian fungsi Supervisi
adalah membantu sekolah menciptakan lulusan yang baik dalam kuantitas dan
kualitas, serta membantu para guru agar bisa dapat bekerja secara professional
sesuai dengan kondisi masyarakat tempat sekolah itu berada.
3.
Ada hal-hal
yang keliru mencakup pemakaian kata pemimpin, predikat pendidik, beda manajemen
dengan administrasi, pemakaian kata pengawas, dan tidak ada istilah supervisor.
4.
kepala sekolah
empunyai lima posisi, sebagai manajemen, administrator, motor penggerak
hubungan dengan masyarakat, pemimpin, dan sebagai supervisor.
5.
Masalah-masalah
supervise diantaranya yaitu : Istilah supervaisor tidak ada, Penngadaan da
calon supervaisor kurang tepat, Pendidikan dan pengmbangan supervaisor yang
kurang memadai, Supervaior bidang study hampir tidak ada, Ruang lingkup
supervaisor terbatas, Supervaisor personalia tidak ada, Sifat pembinaan guru
masih tradisional.
DAFTAR
PUSTAKA


SUPERVISI
PENDIDIKAN KONTEKSTUAL


Judul Buku : SUPERVISI PENDIDIKAN KONTEKSTUAL
Penulis : Prof. Dr. Made Pidarta
Penerbit : PT. RINEKA CIPTA
Penerbit : PT. RINEKA CIPTA
Tahun terbit : 2009
Tebal : 210 Halaman
Cetakan : Cet. I April 2009
Tebal : 210 Halaman
Cetakan : Cet. I April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar